Nabi Muhammad dan Tanda Kenabian




Sam Shamoun
Quran mengatakan bahwa Muhammad adalah penutup/meterai dari para nabi:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup (meterai) nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Sura 33:40)
Sekilas, teks ini tampaknya mencoba mengimplikasikan bahwa Muhammad adalah kulminasi dari kenabian, bahwa ia adalah yang terakhir dari sejumlah orang-orang yang diutus Allah untuk menyampaikan pesan-pesanNya. Meskipun demikian, dengan membaca literatur hadis, jelas bahwa berdasarkan sumber-sumber Muslim, sebuah tanda adalah lebih dari sekedar sebuah statement mengenai status Muhammad dalam hubungan dengan nabi-nabi sebelumnya. Semua penekanan yang dibold dan digarisbawahi akan kita pelajari secara seksama.
Sahih al-Bukhari
Diriwayatkan As Saib bin Yazid
Bibiku membawaku menghadap Nabi dan berkata,”Oh Rasul Allah! Anak laki-laki saudara perempuanku ini menderita sebuah penyakit pada kakinya.” Maka ia memegang kepalaku dan berdoa supaya Allah memberkatiku; kemudian ia melakukan wudhu dan aku meminum air sisa wudhunya itu. Aku berdiri dibelakangnya dan melihat sebuah meterai Kenabian di antara kedua bahunya, dan itu seperti “Zir-al-Hijla” (artinya kancing dari sebuah kemah yang kecil, tetapi sejumlah orang mengatakan seperti: “telur ayam hutan”, dsb.) (Volume 1, Buku 4, Nomor 189)
Diriwayatkan As Saib
Bibiku membawaku menghadap Rasul Allah dan berkata,”Oh Rasul Allah! Keponakanku sedang sakit.” Nabi menyentuh kepalaku dengan tangannya dan berdoa supaya Allah memberkatiku. Kemudian ia melakukan wudhu dan aku minum air bekas wudhunya itu, kemudian berdiri di belakangnya dan melihat “Khatam An-Nubuwwa”(Meterai Kenabian) di antara kedua bahunya, yang mirip seperti sebuah kancing kemah. (Volume 7, Buku 70, Nomor 574)
Sahih Muslim
Pasal 28: FAKTA MENGENAI METERAI KENABIANNYA, MENONJOLKAN KARAKTERISTIKNYA DAN LOKASI PADA TUBUHNYA
Jabir b. Samura melaporkan: Aku melihat meterai/tanda pada punggungnya yang mirip seperti sebutir telur merpati. (Buku 030, Nomor 5790)
Abdullah b. Sarjis melaporkan: Aku melihat Rasul Allah (semoga damai ada atasnya) dan makan roti dan daging bersamanya, atau yang ia sebut Tharid (roti yang dicelupkan ke dalam sup). Aku berkata padanya: Apakah Rasul Allah (semoga damai ada atasnya) mencari pengampunan bagimu? Ia berkata: Ya, dan juga bagimu, dan kemudian ia mengutip ayat ini: “Mintakanlah pengampunan untuk dosamu, dan untuk laki-laki dan perempuan orang-orang beriman” (xlvii. 19). Kemudian aku datang menghampirinya dan melihat Meterai Kenabian di antara kedua bahunya, pada bagian kiri bahunya ada tanda seperti tahi lalat. (Buku 030, Nomor 5793)
Sunan Abu Dawud
Aku datang menghadap Rasul Allah (semoga damai ada atasnya) dengan ditemani oleh Muzaynah dan kami bersumpah akan setia padanya. Kancing bajunya terbuka. Aku mengucapkan sumpah kesetiaan padanya dan aku meletakkan tanganku ke dalam kerah bajunya dan merasakan tanda itu... (Buku 32, Nomor 4071)
Jami (Sunan) of at-Tirmidhi
Diriwayatkan oleh Ali ibn AbuTalib
Ketika Ali menggambarkan Nabi (semoga damai ada atasnya) ia berkata: Ia tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek, tetapi seorang pria dengan ukuran sedang. Rambutnya tidak keriting juga tidak lurus, tetapi merupakan campuran keduanya. Ia juga tidak gemuk, wajahnya juga tidak terlalu bulat, meski terkadang terlihat seperti itu.
Kulitnya kemerah-merahan, ia memiliki mata hitam yang besar dan bulu mata yang panjang. Tulang sendinya menonjol keluar dan bahunya seperti mata pisau. Ia tidak berbulu kecuali pada dadanya, dan telapak tangan dan kakinya tebal. Saat berjalan, ia mengangkat kakinya seolah-olah ia sedang berjalan di atas lereng yang curam; ketika berbalik, ia membalikkan badannya sepenuhnya. Di antara bahunya ada tanda kenabian dan ia adalah penutup dari para nabi. Ia mempunyai dada yang bagus dibandingkan orang lain, mempunyai sifat yang lemah lembut dan dari suku yang paling terpandang. Mereka yang melihatnya, dengan sekejap akan menjadi terpesona dan mereka yang mengenalnya akan mengasihinya. Mereka yang menggambarkannya akan berkata bahwa mereka tidak pernah melihat orang seperti dia, dan tidak akan mungkin pernah melihat orang seperti dia di masa yang akan datang. Tirmidhi telah meneruskannya. (Hadith 1524; ALIM CD-Rom Version)
Diriwayatkan oleh Abu Musa
Abu Talib pergi ke Ash-Sham (Syria) ditemani oleh Nabi (semoga Allah memberkatinya), dan turut mendampingi mereka beberapa shaykhs dari orang-orang Quraish. Ketika mereka tiba dekat tempat dimana seorang biarawan tinggal. Kemudian mereka beristirahat dan melepaskan barang-barang mereka, dan biarawan itu keluar mendapatkan mereka, kendati saat mereka telah melewati jalan itu sebelumnya, ia tidak melakukan hal itu. Sementara mereka melepaskan barang bawaan mereka, sang biarawan datang ke tengah-tengah mereka dan ketika sampai, ia memegang tangan Utusan Allah (semoga damai ada atasnya) sambil berkata, ”Inilah pemimpin alam semesta; inilah Utusan Tuhan penguasa alam semesta yang diutus Allah untuk menjadi karunia bagi alam semesta.”Beberapa orang dari para shaykhs orang Quraish bertanya padanya, bagaimana ia mengetahui hal itu. Ia menjawab, ”Ketika kalian tiba di atas bukit itu, sebuah pohon dan batu menundukkan dirinya sujud di depan sang nabi. Aku mengenalinya melalui tanda kenabian, yang sama seperti sebuah apel, yang terdapat di ujung bahunya yang seperti belati. Kemudian ia pergi dan menyiapkan makanan bagi mereka, dan ketika ia membawa makanan itu pada mereka, Nabi (semoga damai ada atasnya) sedang merawat unta-unta, maka ia beritahukan pada mereka untuk mengirimkan makanan itu pada nabi. Ia datang dengan sebuah awan di atasnya, yang menaunginya. Dan ketika ia mendekati orang-orang itu, mereka dapati mereka telah pergi ke sebuah pohon untuk berteduh. Kemudian ketika ia duduk, pohon itu condong ke arahnya. Aku mendesak kamu demi Allah untuk memberitahukan padaku, yang mana dari kamu yang merupakan pengawalnya.” Ketika disampaikan hal itu, Abu Talib mendesaknya untuk mengirimnya kembali, hingga ia melakukannya. Abu Bakar kemudian mengirim Bilal bersama dengannya, dan sang biarawan memberinya sepotong roti dan minyak zaitun. (Hadith 1534; ALIM CD-Rom Version)
Tarikh (Sejarah) dari al-Tabari
...Ketika Bahira menyaksikan hal ini, ia turun dari selnya dan mengirim karavan itu sebuah pesan dimana ia mengundang mereka semua...Akhirnya ia melihat bagian belakang Muhammad, dan menyaksikan tanda kenabian di antara kedua bahunya...Ia menjawab,...”Aku pun mengenalinya melalui tanda kenabian yang ada di bawah tulang rawan bahunya, dan yang mirip seperti apel.” ... (The History of al-Tabari: Muhammad at Mecca, diterjemahkan dan dibubuhi keterangan oleh W. Montgomery Watt and M. V. McDonald [State University of New York Press (SUNY), Albany 1988], Volume VI, pp. 45, 46)
Al-Harith – Muhammad b. Sa‘d – Muhammad b. ‘Umar – ‘Ali b. ‘Isa al-Hakami – ayahnya– ‘Amir b. Rabi‘ah: Aku mendengar  Zayd b. ‘Amr b. Nufayl mengatakan … “Ia adalah seorang pria yang tidak pendek tetapi juga tidak tinggi, yang rambutnya tidak lebat juga tidak jarang, dan yang matanya selalu merah, dan yang memiliki tanda kenabian di antara kedua bahunya. Namanya adalah Ahmad...” (p.64)
Ahmad b. Sinan al-Qattan al-Wasiti – Abu Mu‘awiyah – A‘mash – Abu Zibyan – Ibn ‘Abbas: Seorang pria dari Banu ‘Amir datang pada Nabi dan berkata,”Tunjukkan padaku tanda yang ada di antara kedua bahumu, dan jika kamu berbohong karena berusaha untuk memikat, maka aku akan menyembuhkanmu, sebab Aku adalah pemikat/dukun yang terbaik di antara orang-orang Arab.” “Apakah engkau ingin aku memperlihatkanmu sebuah tanda?” tanya Sang Nabi. “Ya,” kata orang itu,”Kumpulkanlah tandan dari buah kurma itu.” Maka Nabi melihat pada satu tandan buah kurma yang tergantung pada sebuah pohon palem dan mengumpulkannya, dan mulai menggigit jarinya hingga tandan buah kurma itu berdiri di hadapannya. Kemudian pria itu berkata,”Perintahkanlah tandan buah kurma itu pergi,” dan ia kemudian pergi. Orang Amiri berkata, “Oh bani Amir, Aku tak pernah melihat seorang ahli sihir yang lebih besar daripada yang aku lihat hari ini.” (Pp. 66-67)
“Kemudian seorang berkata pada yang lain, “Bukalah dadanya.” Ia membuka jantungku, dan mengambil dari dalamnya kotoran yang dibuat oleh Setan dan darah yang membeku, kemudian membuangnya jauh-jauh. Kemudian seorang berkata pada yang lainnya,”Basuhlah dadanya seolah-olah kamu ini adalah sebuah wadah – atau, basuhlah jantungnya seolah-olah kamu ini sebuah selimut.” Kemudian ia memanggil sakinah, yang terlihat seperti wajah seekor kucing putih, dan itu ditaruh di jantungku. Kemudian salah satu dari mereka berkata kepada yang lain,”Jahitlah dadanya.” Kemudian mereka menjahit dadaku dan menaruh tanda di antara bahuku...” (p. 75)
Bisa kita simpulkan bahwa tanda kenabian Muhammad sesungguhnya adalah sebuah cacat fisik, tahi lalat yang besar, dimana laporan-laporan yang saling berkonflik mengatakan bentuknya seperti sebuah apel, sebuah kancing dari tenda yang kecil, atau seperti telur ayam hutan! Cukup mengherankan memang bagaimana tanda seperti ini dipakai untuk meyakinkan orang-orang, akan kenabian Muhammad???!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN BAHASA INDONESIA DENGAN MATEMATIKA

A. Kehidupan Remaja dalam Lingkungan Sosialnya

LEGENDA BURUNG API (PHOENIX)